Senin, 18 November 2019

Budaya Alam Minangkabau

Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau 


Sejak pemerintah daerah menghapuskan pembelajaran budaya alam minangkabau. Anak-anak sekarang cendrung tidak mampu menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Apa makna kata "Mandata, Malereang, Mandaki dan kata Manurun. Bagaimana sikap seorang anak terhadap yang lebih tua, terhadap teman sebaya, terhadap adik. Hubungan mamak sama kamanakan, panghulu dan datuak 

Serta anak-anak tidak mampu mencerna apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat seperti acara alek nagari.  Seharusnya mereka dikenalkan dengan hal-hal saklar yang terjadi di masyarakat. Tentu ini harus ada kerjasama dengan pihak terkait, salah satunya pemerintah daerah. Pemerintah daerah harusnya ikut memberikan perhatian terhadap anak-anak yang tentunya nanti akan menjadi penerus bangsa kita yang berkarakter dan berkepribadian baik. 

Salah satu upaya pemerintah adalah mengembalikan pembelajaran Budaya Alam Minangkabau. Bukan dengan menghapus pembelajaran ini. Satu hal yang mengecewakan kita adalah pembelajaran Budaya Alam Minangkabau malah dipelajari oleh sekolah swasta. Mereka malah memperhatikan apa yang dibutuhkan anak-anak untuk meningkat mutu sekolah. 

Penulis berharap ada kesadaran bagi pemimpin  bahwa disamping anak-anak membutuhkan teknologi, anak-anak juga butuh pembelajaran yang memperbaiki karakter mereka. 

Dukaku terbenam dalam tawamu


Dukaku terbenam dalam tawamu


Engkau tahu wahai Ibu,
Kita hanya serpihan-serpihan
Kata iba yang datang 
Dan kami senang walaupun itu luka

Engkau tahu ibu
Aku sadar siapa kita
Aku tau dimana kita berada
Aku tau dengan siapa kita bicara

Karena inilah aku membawa duka itu
Mulai menitih tertatih
Mulai mengepalkan tangan
Dan aku mengenal kata perjuangan

Engkau tau ibu
Disaat aku besar, kenapa hati ini?
Mulai melawan dengan kepedihan
Seolah perjuanganku sedang engkau manfaatkan

Engkau tau ibu
Disaat aku mulai peka
Disaat aku mulai rasa
Engkau tertawa sedangkan aku berduka

Engkau tau ibu
Aku memikirkan sesuatu 
Namun air mata dan pedih itu engkau tak pernah hiraukan
Durhakah aku? 

Ibu, pahamilah aku
Kali ini saja